| Wanita tua berjuang diujung asa |
| terlihat kusut keriput kulitnya |
| kerut didahinya betapa berat dipundak |
| terseok-seok,tertatih-tatih menyusuri setapak |
| tak terlintas esok hari |
| yang terpenting hari ini |
| demi sesuap nasi |
| membanting tulang dengan pasti |
| pipinya yang keriput |
| tak membuat harapannya surut |
| baju usang yang melekat |
| tak mebuat hati dan jiwanya pekat |
| jari - jemarinya sedikit keriput |
| tetap saja cekatan merajut |
| benang kehidupan yang masih tersisa |
| untuk memaknai sisa asa di ujung senja |
| wanita tua dengan segenggam harap |
| menerawang jauh badan bertiarap |
| senyum kecil sambil mengusap |
| butiran peluh menatap awan yang menguap |
| wanita tua dengan segudang asam garam |
| tak terasa letih dan lelah yang bergumam |
| segala rasa menyatu di ujung temaram |
| menunggu waktu memanggil mata terpejam |
Puisiku adalah senandung hatiku. Hati tidak berdusta, hati mengatakan apa adanya, bila hati tak mengerti, dia akan diam dan tak berjanji.
29 Juli 2009
WANITA TUA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar