23 Maret 2011

anak harimau

Anak harimau
kini dewasa
mengaum
buas
liar
memangsa
mencabik
mengoyak
mencakar
diriku yg merawat dan menyayangnya

kedamaian

Ilalang
belalang
perdu
semak
belukar

kedamaian tak berbatas

jiwaku

Senandung
kidung
sunyi
sepi
damai
sahaja

adalah jiwaku

perjalanan

lorong
waktu
panjang
gelap
gulita

adalah perjalanan

ikhlas

maaf
tulus
jujur
niat

digaris depan keikhasan tanpa batas

FACE BOOK

Beranda
profile
teman
status
koment
inbox
chat box

face book dan Indonesia urutan ke 3 stelah Amerika dan Inggris

jakarta1

tongkat
kayu
batu
jadi tanaman

tumbuh subur berjamuran
di kota metropolitan

jakarta

kulihat
gedung pencakar langit
tumbuh berjamuran

mall mall dan swalayan subur disana sini
menggeser pasar tradisional pribumi

apartemen dan perumahan mewah
menggerus betawi pemilik ondel ondel dan tanjidor

indahnya
geliat dasi dasi dalam tertawa

layang layang

tarik
ulur
tarik
ulur
tahan
tarik
ulur

layang layang

senandung kidung sunyi

hanya bercerita
bukan mengeluh
atau menghujat

dulu
disana
hutan bakau sangat luas

dulu disana
rawa rawa sangat luas

banyak burung
banyak resapan

sekarang ada yang tumbuh
lebih subur

sekarang semakin subur
dan semakin menjamur

rumah mewah 3 milyar
dan laut pun sudah terhalang pandangan

ELEGI SENJA

Mentari tenggelam
senja temaram
cakrawala meredam
jinggapun tenggelam
menyambut Dewi Malam

elegi senja yang temaram

kokoh

Dedaunan rimbun
teduh tambun
dahan rindang
ranting bercabang
kokoh
kuat
kekar

pegangan yang melindungi dalam sejuk

hujan

Sang Bayu berbincang dengan waktu

bercanda dengan langit yang bergemuruh

awan hitam menebal semakin menggumpal

sebentar lagi hujan basahi bumi yang haus

fenomena ibukota

Aspal hitam terkikis perlahan
oleh laju ribuan kendaraan

asap mengepul dari corong pabrik

bak asap rokok yang mengepul dimulut seorang pria

hingar bingar derap langkah penjaja koran

di iringi kemacetan pemandangan ibukota

roda roda bis kota pun berputar

seperti berputarnya kehidupan yang kita lalui

menderu mimpi berjejalan
usai jam lima pagi


fenomena ibukota

tetaplah bersamaku

tetaplah
menjadi bintang untukku

tetaplah
menjadi rembulan untukku

tetaplah bersama
senandung kidung sunyi

karena
senandungku butuh dirimu

kidungku butuh dirimu
sunyik ada bersamamu

ranting kering


Ranting
kering
berguguran
berserakan

musim kemarau
tak kan meranggaskan asaku
ditenggah ketiada berdayaanku

bersatu

Seikat
Sapu lidi
bersatu
padu

bersatu
teguh
bercerai
runtuh

jaga persatuan dan kesatuan tanah air Indonesia

kau ada

pagi ini
ingin kubernyanyi
iringi rekahnya hati
yang tak henti trus memuji
kau yang slalu memberi

bahagia
rasa ini trus membahana
kikis duka pupuskan derita
kan kuraih asa dan cita

ingin kumulai awalku di sini
kan kubuang semua bayang
kan kukikis semua tangis

aku bahagia karena kau selalu ada

SEROJA SEDERHANA

Seroja
wangi
menawan
berseri

kesederhanaan seroja

masih di sini

sajakku
masih disini
seonggok aksara
suara hati
tentang kesah
siang dan malam

bersama senandung kidung sunyi dalam kesahajaan

KAU PERGI

Ketika kau pergi
senyap tertinggal di pundak kursi
sunyi menempel di daun pintu
kesah waktu meruas ditiap tiap persendian

sepi disana sini

kidung hati

hangat
sahaja
sejuk
damai

datanglah diberanda kidung hati
aku menanti disana
datanglah

inginku bukan inginmu

kau ingini hal yang tak kuingin
ku ingini hal yang tak kau ingin

inginku selalu terjaga
inginku selalu terpelihara

kidung hatiku untukmu
senandungkupun tak kan terhenti

terlempar

diujung pasar
sajakku tergelar menghampar

disepanjang trotoar
sajakku terlempar

tak ada pijar
tak berkelakar

terbakar
tanpa gelar

titik

titik
aberderai menitik
tak berkutik
sajakku bukan barang antik

Aksaraku

tiada nama
tiada gelar
tanpa gentar
jemariku menari
merangkai aksara
biarlah waktu yang bicara
dari sudut kota
dari balik mimpi
sajakku setia

senandung hati

kamar hati

kamar hati
suramadu titian penuh kasih

jendela subhuh
melambar sosok sahaja

melempar senyum
penuh damai tak berperi

menggenang

berlinang
menggenang

pada sekat sekat hati
luluh lantak gugusan bintang

hujan tumpah dari langit
menyeka remuk redam jiwa

senandung hati dalam sunyi

SAJAKKU

sajakku
terkurung

pada jeruji besi
berpagar dinding kaca

terhimpit tiada daya
tiada cahaya yang menyelinap

tak ada hawa segar
senandung kamar pengap

bercerita pada dinding
cat tembok ygng mengelupas

kidung hati

sajak sajakku

lontarkan
sodorkan

gelotor sajakku yang terasing disetiap mata

onggokan aksara yang terhina disetiap kepala

inilah sajak yang terbuang
sajak sepeda kumbang tak bertuan

senandung sunyi

aku

aku
masih disini
bersama penggalan bisu
bongkahan sepi
menelan kelam

kidung hati

tirakat padam api

dan
tirakat
padam
api

tak mampu
memadamkan
apimu
yang membara
bergejolak
menghanguskan jiwa raga

tirakat pada api
entahlah
sampai kapan

kidung hati

Elegi kopi

elegi hidup
dalam secangkir kopi

selamilah
senandung hati

elegi kopi

perhatikan kenikmatan kopinya
pada qualitas
rasa aromanya
bukan tentang gelas
atau cangkir kristal

terjemahkanlah
kidung hati

Aksaraku

aksaraku bergelayut
diantara sajak sajakku
dalam keterasingan
jeruji waktu

kidung hati

roda berputar


mataku tertuju pada roda bus

yang berputar

tepat didepanku

bahwa hidup ini berputar

kidung hati