Puisiku Senandung Hatiku
Puisiku adalah senandung hatiku. Hati tidak berdusta, hati mengatakan apa adanya, bila hati tak mengerti, dia akan diam dan tak berjanji.
30 Juli 2023
Valencia Journey
Blog ini akan menceritakan perjalanan Valencia ke tempat-tempat instragramable yang ramai dikunjungi masyarakat.
21 Desember 2019
Malam Puisi
ini malam paling puisi
membuka pintu rumah yang lama tak berpenghuni
di sana hanya ada sunyi berderit-derit
tembok, langit-langit, pintu dan jendela
semua terbuat dari puisi
menyambangi rumah ini
serasa ingin tinggal membangun kembali
segala yang menjadi kenangan
2019
membuka pintu rumah yang lama tak berpenghuni
di sana hanya ada sunyi berderit-derit
tembok, langit-langit, pintu dan jendela
semua terbuat dari puisi
menyambangi rumah ini
serasa ingin tinggal membangun kembali
segala yang menjadi kenangan
2019
07 Januari 2014
PUISI-PUISI SUNYI
1. KETIKA RASA ADALAH KESETIAAN
ketika kutuliskan
resah di atas lembaran kisah
lantas aku pergi memejamkan mata
lantas aku pergi memejamkan mata
ya...
agar gundah tak lagi mencipta awan hitam
bukan kesalahan jarak ataupun kejamnya waktu
agar gundah tak lagi mencipta awan hitam
bukan kesalahan jarak ataupun kejamnya waktu
keselarasan rasa
ini terletak
pada hatiku dan
hatimu
menjadikan seluas samudra itulah hakikat
menjadikan seluas samudra itulah hakikat
pada terik yang memanggang siang
atau pada hujan yang menari di altar sunyi
ini sebuah
lingkaran pertalian
yang menjadi benang pengikat
yang menjadi benang pengikat
serupa kesetiaan jingga kepada senjanya
kesetiaan embun kepada paginya
ketulusan purnama kepada malamnya
ketulusan terik
kepada siangnya
dan ketulusan gelap kepada malamnya
dan ketulusan gelap kepada malamnya
Jakarta, Pebruari
2013
2.SENJA ke SEMBILAN
ini senja kali ke
sembilan
saat jingga belum kembali berlayar
mengarungi waktu,
ombak menepi
itu janjinya pasti kepada pantai
membelai saat pasang naik atau surut
sudah barang tentu
hanya saja angin belum sempat
saat jingga belum kembali berlayar
mengarungi waktu,
ombak menepi
itu janjinya pasti kepada pantai
membelai saat pasang naik atau surut
sudah barang tentu
hanya saja angin belum sempat
mengirim kabar
'ku tatap saja langit biru di sana
sama seperti ketika mengeja wajahmu
samudera hati ini terlalu luas
tanpa batas
seperti lautan biru yang selalu teduh
bersamamu
senyum mentari dan rembulan
'ku tatap saja langit biru di sana
sama seperti ketika mengeja wajahmu
samudera hati ini terlalu luas
tanpa batas
seperti lautan biru yang selalu teduh
bersamamu
senyum mentari dan rembulan
menemanimu
Jakarta, Pebruari
2013
3.DALAM DIAM TERPEJAM
langit-langit
kamar melihatku
terpejam dalam diam
sedangkan daun pintu
menyanyikan senandung rindu
terpejam dalam diam
sedangkan daun pintu
menyanyikan senandung rindu
dengan deritnya
dinding tembok bercat putih
sedikit menertawakanku
dinding tembok bercat putih
sedikit menertawakanku
caraku paling unik menjumpaimu
dalam diam dan terpejam
jarum jam engan bercerita tentang
kisah kita yang tak pernah usang
dan aku masih dengan rasaku
dalam lingkaran waktu tanpa jeda
kelak kaupun akan mengerti
dengan janjiku
Jakarta, Pebruari
2013
4.TENTANG SEBUAH HARAPAN
siang ini aku
menemukan terik
di atas kepalaku
memanggang genangan rindu
di telaga ingatan
lalu engkau diam
dari kejauhan menatap teduh dengan lautmu
ketika langit masih biru
harapan tentang jingga masih ada
di atas kepalaku
memanggang genangan rindu
di telaga ingatan
lalu engkau diam
dari kejauhan menatap teduh dengan lautmu
ketika langit masih biru
harapan tentang jingga masih ada
Jakarta, Pebruari
2013
5.ADA PUISI dalam PUISI
aku sedang membaca
puisi
aku ingin,
dan aku ingin membacakannya lirih
di telingamu,
lalu mendengar degup jantungmu; lagi.
dan aku ingin membacakannya lirih
di telingamu,
lalu mendengar degup jantungmu; lagi.
AKU INGIN
aku ingin
mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin
mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sapardi Djoko
Damono ~ 1989
Jakarta, Pebruari 2013
6.MENEMUIMU
aku tak bisa
sembunyi dalam sunyi
melipat angan yang
tergenang
di telaga ingatan,
sering kulakukan terpejam
hanya untuk menemuimu
di telaga ingatan,
sering kulakukan terpejam
hanya untuk menemuimu
Jakarta, Pebruari 2013
7.CATATAN BIRU
kembali; menemuimu di perbatasan sunyi
ketika hening di antara hujan Pebruari yang resah,
menunduk terdiam
membunuh rasa yang kian berhimpit dengan waktu,
buku harian ini
akan penuh oleh catatan biru sayang
Jakarta, Pebruari 2013
8.CARAKU
bersunyi itu bukan
kesepian,
namun caraku bertemu denganmu,
adamu hanya bisa kurasakan
saat aku terpejam dalam diam,
ini caraku yang sederhana mengurai rasa,
setiap detik, seluruh nafas ini,
udara yang memenuhi ruang dadaku,
adalah rasa tanpa batas
namun caraku bertemu denganmu,
adamu hanya bisa kurasakan
saat aku terpejam dalam diam,
ini caraku yang sederhana mengurai rasa,
setiap detik, seluruh nafas ini,
udara yang memenuhi ruang dadaku,
adalah rasa tanpa batas
Jakarta, Pebruari 2013
9.BERTEMU DENGANMU
Ya, aku bertemu
denganmu,
semalam
tadi saat mataku terpejam
kau tak bicara apapun
hanya tersenyum
dan menatap mataku dengan teduh
pesan di matamu telah sampai
kubaca dan kueja dalam gelap
semalam
tadi saat mataku terpejam
kau tak bicara apapun
hanya tersenyum
dan menatap mataku dengan teduh
pesan di matamu telah sampai
kubaca dan kueja dalam gelap
Jakarta, Pebruari 2013
10. MENGEJAR ASA
Riuh
aroma gaduh dalam pikir,
bergemuruh
segala ingin menjadi angan,
itu
asa yang tak ‘kan sia-sia,
jika
langkah kian rekah,
cita
tak ‘kan terbantah,
akan
ada terang di balik gelap,
buang
patah arang ganti menjadi harap,
akan
ada cemerlang di balik gemintang,
jalan
masih terbentang...
11.ADAMU
Pejamkan mata
bersunyi
menemuimu
di perbatasan hening
antara ada namun tiada
antara tiada namun ada
kau pasti mengerti
alasanku menepi
menikmati senyap
indahnya adamu kurasakan
ini caraku sederhana
menemuimu kapan saja
bersunyi
menemuimu
di perbatasan hening
antara ada namun tiada
antara tiada namun ada
kau pasti mengerti
alasanku menepi
menikmati senyap
indahnya adamu kurasakan
ini caraku sederhana
menemuimu kapan saja
Jakarta, Pebruari 2013
12.SEPARUH JIWA
Jejak langkahmu
tertahan
di balik jendela
tampias rasa membekas
di kaca jiwa
jarak ataupun waktu bukanlah dinding
akan ada muara hati di lautan teduh
melarungkan s'gala asa dan rasa saling terpaut
ini tak lagi mimpi yang karam dan tenggelam
ketika masa tak sanggup mencabik kenang
genangan ingatan tak 'kan mengering
menjadi karsa atas rasa jiwa sejati
sebab aku masih dengan separuh dirimu
‘kan kujaga seumur hidupku
di balik jendela
tampias rasa membekas
di kaca jiwa
jarak ataupun waktu bukanlah dinding
akan ada muara hati di lautan teduh
melarungkan s'gala asa dan rasa saling terpaut
ini tak lagi mimpi yang karam dan tenggelam
ketika masa tak sanggup mencabik kenang
genangan ingatan tak 'kan mengering
menjadi karsa atas rasa jiwa sejati
sebab aku masih dengan separuh dirimu
‘kan kujaga seumur hidupku
Jakarta, Pebruari 2013
13.ANGIN
angin...
kabarkan padaku tentangnya.
tentang senja yang telah lama menanti
jingga berpendar,
sebab hujan telah merenggutnya
sebab awan hitam bertahta di kaki langit.
kabarkan padaku tentangnya.
tentang senja yang telah lama menanti
jingga berpendar,
sebab hujan telah merenggutnya
sebab awan hitam bertahta di kaki langit.
angin...
katakan padaku dia baik-baik saja.
bernaung di bawah lindungan dan cintaNya
yang maha luas.
katakan padaku dia baik-baik saja.
bernaung di bawah lindungan dan cintaNya
yang maha luas.
angin...
masih 'ku nanti biru langitku
usai hujan reda.
bawalah kepadaku.
jangan tunda terlalu lama.
sebab hujan bulan ini
telah merendam luka-luka.
masih 'ku nanti biru langitku
usai hujan reda.
bawalah kepadaku.
jangan tunda terlalu lama.
sebab hujan bulan ini
telah merendam luka-luka.
Jakarta, Pebruari 2013
14.BAHAGIA
Bahagia ini masih
ada;
bersamaku ada kau pelengkapnya;
semakin indah;
bagian dari hela nafas rasaku; kita
bersamaku ada kau pelengkapnya;
semakin indah;
bagian dari hela nafas rasaku; kita
Jakarta, Pebruari 2013
15.HATIKU TERJAGA
pada jarum jam
dinding
yang tak pernah lelap
aku bercerita tentang jingga
yang pendarnya milik senja
tentang embun yang
sejuknya milik pagi
tentang terik yang
setianya milik siang
tentang gelap yang
tulusnya untuk malam
aku, kau adalah
kita berada di antaranya
karena hatiku terjaga
yang tak pernah lelap
aku bercerita tentang jingga
yang pendarnya milik senja
tentang embun yang
sejuknya milik pagi
tentang terik yang
setianya milik siang
tentang gelap yang
tulusnya untuk malam
aku, kau adalah
kita berada di antaranya
karena hatiku terjaga
untuk kita hari
ini,
esok dan selamanya
di sisa usiaku
esok dan selamanya
di sisa usiaku
Jakarta, Pebruari 2013
05 Januari 2013
PUISI SUNYI (Yang termuat di Kompas.Com)
SUNYI
detak jantung itu
memburu sunyi
desah nafas itu
masih terasa
karena aku menjadi udara
di tiap tarikan dan hembusan nafasmu
saat sunyi terpecah
sesaat sebelum senja memerah
dan setelahnya jingga meronakan
sunyi dalam dekapan
membuncah segala rasa
tiada berbatas
senandung kidung sunyi
Jakarta, 28 Maret 2012
MALAM
bayu malam
menggelombangkan tirta lautan
senyum rembulan sabit
menawan hati
berhias kerlip gemintang
disana diantara gugusan gemintang
ku tengadah ke atas
mengeja binar matamu
dan wajah teduhmu
diantara sinaran redup
aku dan waktu
hanya ada satu
dirimu
lihatlah senyummu mengembang
seindah bulan sabit
Jakarta, 28 Maret 2012
LAUT TEDUH
lautan teduh dan tenang itu adalah dirimu
sahaja yang tak lelah menemani kala sunyi
permadani biru terbentang indah
meluncur perlahan perahu kecil itu adalah diriku
terhempas bayu membawaku pada tarian ombak
sesekali menepi membelai bibir pantai jiwamu
ranum jingga menghisai kemilau biru
di ujung senja yang perlahan temaram
Jakarta,28 Maret 2012
KETIKA
ketika langit mencurahkan hujan
aku menanti lekungan pelangi setelahnya
ketika siang telah mengelupas dan pergi
aku menanti rona jinggamu membias di ujung senja
Jakarta, 15 Maret 2012
PELANGI ITU
lengkungan pelangi itu membias di ujung siang yang beranjak senja, merona di kaki langit setelah hujan berhenti merinai, indahnya hanya mampu dinikmati dari kejauhan,
meski ku kejar sedekat mungkin tangan ini takkan mampu menggapainya,hanya kedua mata coklatku yang mampu menangkapnya dalam bayangan retinaku,
cukup untukku karena aku hanya boleh menikmati keindahan pelangi bukan untuk merengkuhnya,bukan untuk menggenggamnya,namun hanya sebatas merasakan keindahannya di mataku,
lalu setelahnya senja perlahan memudar,surya telah sembunyi dibalik bukit menjemput dewi malam untuk menyelimuti buana,pelangi indahku telah lenyap hilang tak berbekas,hanya di mataku bekas keindahan akan terabadikan dalam hati,
aku harus menunggu setelah hujan untuk bertemu dengan lekungan pelangi indah,kembali menikmati dengan binar mataku,yang entah kapan,ku kan menunggunya sampai hari di mana sunyi pecah kembali oleh lekungan pelangi
ada dan tiada,bisa atau tiada ku sentuh dengan jemari untuk kuraih pelangi itu tetap merona dalam jiwaku,mewarnai seluruh hidupku dan memberiku kekuatan di sisa usiaku,membias di seluruh raga dan jiwaku
Jakarta,7 Maret 2012
SENANDUNG KIDUNG SUNYI
aku pernah mengadu pada rinai hujan yang waktu itu bersamaan dengan hujan dimataku
mencurahkan segala kepenatan jiwaku tentang keletihanku di pertigaan malam yang begitu sunyi
yaa aku karib dengan sunyi untuk menumpahkan semua risau dan pekatnya rasa yang bergemuruh dalam hatiku
entahlah ketika aku sendiri dalam sunyi semua terasa indah hening dan aku bisa berbincang denganNya tentang keluh kesahku melalui doa
senandung kidung sunyi adalah ungkapan jiwaku yang sebenarnya tentang rasa yang yang tak berbatas
rasa yang membuatku masih tegar sampai hari ini menapaki sisa usia
senandung kidung sunyiku adalah keindahan rasaku atasMu dan atasmu kan kujaga hingga akhir hayatku
senandung kidung sunyi itu adalah aku dengan segenap jiwaku yang kian meretas tanpa batas
aku dan waktu hanya ada satu dirimu dalam rasaku
JEDA
Oleh Emi Suyanti
dan kabut mulai menipis embun mulai lenyap terserap hangatnya surya pagi,mimpi-mimpi telah usai dan berterbangan ke atas awan menggantung pada gumpalan awan putih dan akan turun bersama hujan yang entah kapan saatnya
serpihan asa yang berserak diantara butiran debu ku kais satu persatu untuk ku rangkai dengan bertetesan peluh berharap segala sesuatunya menjadi lebih baik
dan untaian debu yang ku pintal menjadi kepingan permata yang entah mampu atau tidak yang bisa atau tidak,setidaknya usaha dan doa tak henti kuramu untuk melengkapinya
karena jeda waktu ini adalah penantian dimana aku juga kan pergi selamanya menghadapNya
GURAT-GURAT LUKA
Oleh : Emi Suyanti
gurat-gurat itu menandakan kerutan atas kesakitan yang terabaikan namun ternikmati karena biasa dalam kondisi itu sebelumnya bahkan seperti telah senyawa dalam jiwa
lelah sudah pasti letih memang namun bertahan dalam situasi hidup untuk perubahan yang lebih baik itu suatu keharusan agar tidak bergerak mundur malah harus maju
tak ada jalan yang mulus tanpa terjal,tanpa badai,tanpa duri atau rintang yang lain kalaupun ada itu pengecualian karena ia memang sudah terlahir didalam segala kemudahan
untuk pijakan kaki meneruskan nafas hidup pada suatu penantian yang kekal yang nantinya hanya menikmati atau memetik semua atas apa yang ditanam
BIODATA
Emi Suyanti. Lahir di Magetan ,2 Pebruari 1979, Kini bermukim di Jakarta sebagai karyawan swasta.
Telah menerbitkan beberapa buku: Buku kumpulan puisi Tirakat Padam Api (2011) , Buku Antologi Sastra Nusantara (2011), Antologi Prosa Lirik KARMA-PALA (2012).Buku Antologi Puisi Tinta Emas 1, Buku Antologi Puisi Tinta Emas 2.
detak jantung itu
memburu sunyi
desah nafas itu
masih terasa
karena aku menjadi udara
di tiap tarikan dan hembusan nafasmu
saat sunyi terpecah
sesaat sebelum senja memerah
dan setelahnya jingga meronakan
sunyi dalam dekapan
membuncah segala rasa
tiada berbatas
senandung kidung sunyi
Jakarta, 28 Maret 2012
MALAM
bayu malam
menggelombangkan tirta lautan
senyum rembulan sabit
menawan hati
berhias kerlip gemintang
disana diantara gugusan gemintang
ku tengadah ke atas
mengeja binar matamu
dan wajah teduhmu
diantara sinaran redup
aku dan waktu
hanya ada satu
dirimu
lihatlah senyummu mengembang
seindah bulan sabit
Jakarta, 28 Maret 2012
LAUT TEDUH
lautan teduh dan tenang itu adalah dirimu
sahaja yang tak lelah menemani kala sunyi
permadani biru terbentang indah
meluncur perlahan perahu kecil itu adalah diriku
terhempas bayu membawaku pada tarian ombak
sesekali menepi membelai bibir pantai jiwamu
ranum jingga menghisai kemilau biru
di ujung senja yang perlahan temaram
Jakarta,28 Maret 2012
KETIKA
ketika langit mencurahkan hujan
aku menanti lekungan pelangi setelahnya
ketika siang telah mengelupas dan pergi
aku menanti rona jinggamu membias di ujung senja
Jakarta, 15 Maret 2012
PELANGI ITU
lengkungan pelangi itu membias di ujung siang yang beranjak senja, merona di kaki langit setelah hujan berhenti merinai, indahnya hanya mampu dinikmati dari kejauhan,
meski ku kejar sedekat mungkin tangan ini takkan mampu menggapainya,hanya kedua mata coklatku yang mampu menangkapnya dalam bayangan retinaku,
cukup untukku karena aku hanya boleh menikmati keindahan pelangi bukan untuk merengkuhnya,bukan untuk menggenggamnya,namun hanya sebatas merasakan keindahannya di mataku,
lalu setelahnya senja perlahan memudar,surya telah sembunyi dibalik bukit menjemput dewi malam untuk menyelimuti buana,pelangi indahku telah lenyap hilang tak berbekas,hanya di mataku bekas keindahan akan terabadikan dalam hati,
aku harus menunggu setelah hujan untuk bertemu dengan lekungan pelangi indah,kembali menikmati dengan binar mataku,yang entah kapan,ku kan menunggunya sampai hari di mana sunyi pecah kembali oleh lekungan pelangi
ada dan tiada,bisa atau tiada ku sentuh dengan jemari untuk kuraih pelangi itu tetap merona dalam jiwaku,mewarnai seluruh hidupku dan memberiku kekuatan di sisa usiaku,membias di seluruh raga dan jiwaku
Jakarta,7 Maret 2012
SENANDUNG KIDUNG SUNYI
aku pernah mengadu pada rinai hujan yang waktu itu bersamaan dengan hujan dimataku
mencurahkan segala kepenatan jiwaku tentang keletihanku di pertigaan malam yang begitu sunyi
yaa aku karib dengan sunyi untuk menumpahkan semua risau dan pekatnya rasa yang bergemuruh dalam hatiku
entahlah ketika aku sendiri dalam sunyi semua terasa indah hening dan aku bisa berbincang denganNya tentang keluh kesahku melalui doa
senandung kidung sunyi adalah ungkapan jiwaku yang sebenarnya tentang rasa yang yang tak berbatas
rasa yang membuatku masih tegar sampai hari ini menapaki sisa usia
senandung kidung sunyiku adalah keindahan rasaku atasMu dan atasmu kan kujaga hingga akhir hayatku
senandung kidung sunyi itu adalah aku dengan segenap jiwaku yang kian meretas tanpa batas
aku dan waktu hanya ada satu dirimu dalam rasaku
JEDA
Oleh Emi Suyanti
dan kabut mulai menipis embun mulai lenyap terserap hangatnya surya pagi,mimpi-mimpi telah usai dan berterbangan ke atas awan menggantung pada gumpalan awan putih dan akan turun bersama hujan yang entah kapan saatnya
serpihan asa yang berserak diantara butiran debu ku kais satu persatu untuk ku rangkai dengan bertetesan peluh berharap segala sesuatunya menjadi lebih baik
dan untaian debu yang ku pintal menjadi kepingan permata yang entah mampu atau tidak yang bisa atau tidak,setidaknya usaha dan doa tak henti kuramu untuk melengkapinya
karena jeda waktu ini adalah penantian dimana aku juga kan pergi selamanya menghadapNya
GURAT-GURAT LUKA
Oleh : Emi Suyanti
gurat-gurat itu menandakan kerutan atas kesakitan yang terabaikan namun ternikmati karena biasa dalam kondisi itu sebelumnya bahkan seperti telah senyawa dalam jiwa
lelah sudah pasti letih memang namun bertahan dalam situasi hidup untuk perubahan yang lebih baik itu suatu keharusan agar tidak bergerak mundur malah harus maju
tak ada jalan yang mulus tanpa terjal,tanpa badai,tanpa duri atau rintang yang lain kalaupun ada itu pengecualian karena ia memang sudah terlahir didalam segala kemudahan
untuk pijakan kaki meneruskan nafas hidup pada suatu penantian yang kekal yang nantinya hanya menikmati atau memetik semua atas apa yang ditanam
BIODATA
Emi Suyanti. Lahir di Magetan ,2 Pebruari 1979, Kini bermukim di Jakarta sebagai karyawan swasta.
Telah menerbitkan beberapa buku: Buku kumpulan puisi Tirakat Padam Api (2011) , Buku Antologi Sastra Nusantara (2011), Antologi Prosa Lirik KARMA-PALA (2012).Buku Antologi Puisi Tinta Emas 1, Buku Antologi Puisi Tinta Emas 2.
07 Juni 2012
GABUNGAN SAJAK-SAJAK HENING
KATAMU
Oleh Emi Suy Lbh ·
kesedihan,
katamu,
sepasang mata yang berembun,
sepasang jejak yang basah,
selebihnya,
telah lenyap di telan senyap
Jakarta , 5 Juni 2012
INTIM
Oleh Emi Suy Lbh
·
Persahabatanmu dengan dirimu sendiri
adalah kebersamaan intim
untuk mengutamakan beningnya
perasaan,
yang memajukan kualitas hidupmu.
Jakarta , 5 Juni 2012
MUNGKIN
Oleh Emi Suy Lbh
· Selasa
Mungkin beginilah wujud waktu
sebenarnya,
seperti deru bunyi kereta,
di kejauhan — mengantar kepulangan,
dengan kepergian
Jakarta , 5 Juni 2012
HARAPAN
Oleh Emi Suy Lbh
·
dengan mencintaimu,
seolah terlihat jalan takdirku,
disana hanya ada kebahagian
yang membawaku untuk tetap hidup
lebih lama,
penuh suka cita meski tak luput air
mata
Jakarta , 5 Juni
2012
TUHAN,PINTAKU
Oleh Emi Suy Lbh
·
Tuhan.
KepadaMu cinta ku kembalikan,
agar tak usang didera sedih,
agar tak hilang dikikis perih
Tuhan.
Engkau pemilik kesedihan dan
kebahagiaan
atas semua yang kami rasa.
Jika aku boleh meminta
berikanlah separuh kebahagiaan saja
tanpa separuh kesedihan.
Jakarta , 5 Juni
2012
MENUNGGUMU
Menunggumu mengirimi aku sepucuk
puisi
dalam sepi
diantara reruntuhan ranting lapuk
sajak-sajak kaleng susu.
Jakarta , 5 Juni
2012
SEPANJANG WAKTU
saat kautempuh jalan cinta:
hatiku selalu terbentang bagai
jembatan,
yang siap mengantarmu kemana saja,
sepanjang waktuku
Jakarta , 5 Juni
2012
MALAM NANTI
Malam nanti,
rasaku masih tak lelah mencari celah
menyelinap;
untuk memahat mimpi di sudut damai
tidurmu,
di bawah langitlangit kamar
seranjang denganku
Jakarta , 5 Juni
2012
CAHAYA
saat cinta itu membentuk cahaya
jingga,
lewat matamu,
sinarnya membuat jiwaku tak lagi
merasa redup
Jakarta , 5 Juni
2012
PARAGRAF
Cinta seperti sebuah paragraf sebuah
bacaan.
ribuan kalimat manis lalu-lalang
sebelum pada akhirnya menjadi satu
cerita
yang berakhir seperti inginku
atau ingin kita.
bahagia dalam senyum diantara
anak-anak kita.
Jakarta , 5 Juni
2012
LEGOWO
oleh Emi Suy Lbh
Dalam cinta,
selalu ada ruang bernama kesalahan,
tempat di mana kita berbahagia
karena bisa saling memaafkan
Legowo...
5 Juni 2012
MUNGKIN
Oleh : Emi Suyanti
Mungkin beginilah wujud waktu sebenarnya,
seperti deru bunyi kereta,
di kejauhan — mengantar kepulangan,
dengan kepergian
Jakarta,5 Juni 2012
seperti deru bunyi kereta,
di kejauhan — mengantar kepulangan,
dengan kepergian
Jakarta,5 Juni 2012
Langganan:
Postingan (Atom)