| Ketika hujan tak lagi turun |
| Panas terik terasa menyengat |
| aku biarkan kulitku terbakar terik mentari |
| kubiarkan peluh ini mengucur di tubuhku |
| Jika gundah hati tak lagi bisa kutupi |
| jika gelisah hati tak lagi ku hibur |
| aku terdiam seribu kata |
| bibirku membisu tak berucap |
| Biarlah aku tetap tegak berdiri |
| sampai aku temukan arah langkah kakiku |
| sekalipun kaki ini terseok kesakitan |
| sekalipun hati ini berdarah dan bernanah |
| Jiwaku tak kan surut dan terhenti |
| aku yakin dengan keteguhan hatiku |
| aku tetap melaju diantara kerikil tajam |
| aku tetap berjalan walau dihadang rintangan |
| Aku kan tetap bertahan |
| walau dengan menahan rasa sakit dan terluka |
| aku kan berjuang demi hidupku |
| aku tak takut mati di tengah perjalananku |
| sendiri tanpa siapa-siapa |
| walaupun ada belahan jiwaku bersamaku |
| tapi tangan ini tak mampu menggapainya |
| aku masih saja merasa sendiri |
| Aku bagai berjalan diantara lautan pasir yang tandus |
| diantara gurun kering yang tandus |
| yang kutemui hanya kaktus yang berduri |
| hanya bongkahan batu yang membisu |
| Tak mengapa bagiku inilah jalan yang kutempuhi |
| kesendirianku tak kan membunuh asaku |
| ketidakberdayaanku tak menyurutkan keteguhanku |
| walau aku bersahabat dengan luka dan derita |
| Aku harus sampai di tujuan akhir hidupku |
| aku tak boleh menyerah kalah |
| kesendirianku tak mematahkan api asa di hati |
| aku tempuhi dengan kesabaranku |
Puisiku adalah senandung hatiku. Hati tidak berdusta, hati mengatakan apa adanya, bila hati tak mengerti, dia akan diam dan tak berjanji.
29 Juli 2009
SENDIRI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar