05 Januari 2013

PUISI SUNYI (Yang termuat di Kompas.Com)

SUNYI

detak jantung itu
memburu sunyi
desah nafas itu
masih terasa
karena aku menjadi udara
di tiap tarikan dan hembusan nafasmu
saat sunyi terpecah
sesaat sebelum senja memerah
dan setelahnya jingga meronakan
sunyi dalam dekapan
membuncah segala rasa
tiada berbatas
senandung kidung sunyi

Jakarta, 28 Maret 2012

MALAM

bayu malam
menggelombangkan tirta lautan
senyum rembulan sabit
menawan hati
berhias kerlip gemintang
disana diantara gugusan gemintang
ku tengadah ke atas
mengeja binar matamu
dan wajah teduhmu
diantara sinaran redup
aku dan waktu
hanya ada satu
dirimu
lihatlah senyummu mengembang
seindah bulan sabit
Jakarta, 28 Maret 2012

LAUT  TEDUH

lautan teduh dan  tenang itu adalah dirimu
sahaja yang tak lelah menemani kala sunyi
permadani biru terbentang indah
meluncur perlahan perahu kecil itu adalah diriku
terhempas bayu membawaku pada tarian ombak
sesekali menepi membelai bibir pantai jiwamu
ranum jingga menghisai kemilau biru
di ujung senja yang perlahan temaram

Jakarta,28  Maret 2012

KETIKA

ketika langit mencurahkan hujan

aku menanti lekungan pelangi setelahnya

ketika siang telah mengelupas dan pergi

aku menanti rona jinggamu membias di ujung senja

Jakarta, 15 Maret 2012

PELANGI ITU

lengkungan pelangi itu membias di ujung siang yang beranjak senja, merona di kaki langit setelah hujan berhenti merinai, indahnya hanya mampu dinikmati dari kejauhan,

meski ku kejar sedekat mungkin tangan ini takkan mampu menggapainya,hanya kedua mata coklatku yang mampu menangkapnya dalam bayangan retinaku,

cukup untukku karena aku hanya boleh menikmati keindahan pelangi bukan untuk merengkuhnya,bukan untuk menggenggamnya,namun hanya sebatas merasakan keindahannya di mataku,

lalu setelahnya senja perlahan memudar,surya telah sembunyi dibalik bukit menjemput dewi malam untuk menyelimuti buana,pelangi indahku telah lenyap hilang tak berbekas,hanya di mataku bekas keindahan akan terabadikan dalam hati,

aku harus menunggu setelah hujan untuk bertemu dengan lekungan pelangi indah,kembali menikmati dengan binar mataku,yang entah kapan,ku kan menunggunya sampai hari di mana sunyi pecah kembali oleh lekungan pelangi

ada dan tiada,bisa atau tiada ku sentuh dengan jemari untuk kuraih pelangi itu tetap merona dalam jiwaku,mewarnai seluruh hidupku dan memberiku kekuatan di sisa usiaku,membias di seluruh raga dan jiwaku

Jakarta,7 Maret 2012

SENANDUNG KIDUNG SUNYI

aku pernah mengadu pada rinai hujan yang waktu itu bersamaan dengan hujan dimataku
mencurahkan segala kepenatan jiwaku tentang keletihanku di pertigaan malam yang begitu sunyi
yaa aku karib dengan sunyi untuk menumpahkan semua risau dan pekatnya rasa yang bergemuruh dalam hatiku

entahlah ketika aku sendiri dalam sunyi semua terasa indah hening dan aku bisa berbincang denganNya tentang keluh kesahku melalui doa

senandung kidung sunyi adalah ungkapan jiwaku yang sebenarnya tentang rasa yang yang tak berbatas
rasa yang membuatku masih tegar sampai hari ini menapaki sisa usia

senandung kidung sunyiku adalah keindahan rasaku atasMu dan atasmu kan kujaga hingga akhir hayatku
senandung kidung sunyi itu adalah aku dengan segenap jiwaku yang kian meretas tanpa batas
aku dan waktu hanya ada satu dirimu dalam rasaku

JEDA

Oleh Emi Suyanti

dan kabut mulai menipis embun mulai lenyap terserap hangatnya surya pagi,mimpi-mimpi telah usai dan berterbangan ke atas awan menggantung pada gumpalan awan putih dan akan turun bersama hujan yang entah kapan saatnya
serpihan asa yang berserak diantara butiran debu ku kais satu persatu untuk ku rangkai dengan bertetesan peluh berharap segala sesuatunya menjadi lebih baik
dan untaian debu yang ku pintal menjadi kepingan permata yang entah mampu atau tidak yang bisa atau tidak,setidaknya usaha dan doa tak henti kuramu untuk melengkapinya
karena jeda waktu ini adalah penantian dimana aku juga kan pergi selamanya menghadapNya

GURAT-GURAT LUKA

Oleh : Emi Suyanti
gurat-gurat itu menandakan kerutan atas kesakitan yang terabaikan namun ternikmati karena biasa dalam kondisi itu sebelumnya bahkan seperti telah senyawa dalam jiwa
lelah sudah pasti letih memang namun bertahan dalam situasi hidup untuk perubahan yang lebih baik itu suatu keharusan agar tidak bergerak mundur malah harus maju
tak ada jalan yang mulus tanpa terjal,tanpa badai,tanpa duri atau rintang yang lain kalaupun ada itu pengecualian karena ia memang sudah terlahir didalam segala kemudahan
untuk pijakan kaki meneruskan nafas hidup pada suatu penantian yang kekal yang nantinya hanya menikmati atau memetik semua atas apa yang ditanam

BIODATA

Emi Suyanti. Lahir di Magetan ,2 Pebruari 1979, Kini bermukim di Jakarta sebagai karyawan swasta.
Telah menerbitkan beberapa buku: Buku kumpulan puisi Tirakat Padam Api (2011) , Buku Antologi Sastra Nusantara (2011), Antologi Prosa Lirik KARMA-PALA (2012).Buku Antologi Puisi Tinta Emas 1, Buku Antologi Puisi Tinta Emas 2.