29 Juli 2009

DESEMBER KELABU

26 Desember 2004
Minggu kelabu,
Sumut dan Aceh Luluh Lantak
Bila Sang Khalik berkehendak
semu datang tak kan bisa terelak
Manusiapun tak mampu menolak

Tragedi Desember kelabu
acehku menangis sendu
sumutku merintih pilu
Duka aceh duka bangsaku
Duka sumut duka negriku
Duniapun turut berkabung pilu

Gempa dahsyat guncang asia
Tsunami yang dahsyat gulung smua yang ada
dahsyatnya tak bisa terucap dengan kata
tak terukir dalamnya duka
tak terlukis pedihnya luka
tak terbayang sgala nestapa

Ribuan Istri kehilangan suami tercinta
Ribuan Ibu kehilangan buah hatinya
ribuan orang kehilangan orang terkasihnya
ribuan anak terpisa dari ayah ibunya
ribuan suami kehilangan anak istrinya

kemana mereka harus mencarinya
kepada siapa mereka bertanya
sampai kapan berakhir semua derita
sampai kapan kepedihan ini sirna
Hanya Tuhan yang tahu segalanya

hujan air mata,jeritan hati yang luka
ceceran darah jiwa yang meronta
rintihan jiwa yang lara
tercekam dalam traoma
perih dan pedih trus mendera
berselimut derita dan nestapa

Ratus ribuan jenazah blm dikenal
terpaksa dibur masal
banyak yang tidak dikafani
sungguh menyayat hati

apa arti rumsah mewah
gedung megah
semua hancur rata dengan tanah
Kini serambi mekkah
tak lagi indah

suara getaran jiwa yang meronta
Isak tangis mengusap dada
ekspresi rintihan jiwa yang lara
tak tertahan dalamnya rasa

jutaan asa hanyut bersama tsunami
ratus ribuan nyawa melayang pergi
hancur luluh melebur mimpi
apalah daya kehendak Ilahi
tak usah sesali
ikhlaskan hati jalan ke surgawi

derajat, pangkat,
kedudukan harta dan benda
sua tiada artinya
Hanya Tuhan penolong umat manusia

hati yang gelisah
hati yang gundah
hati yang pasrah
hati yang sedih
serahkan semua pada Allah yang kuasa

Aceh dan sumut pilihan Tuhan
orang-orang yang di sayang Tuhan
Jangan pernah meyalahkan Tuhan
Jangan pernah menhardik Tuhan

Hatku tersayat,mataku berlinang air mata
terdengar suara isak tangis bocah kecil kehilangan ayah bunda
dadaku terasa sesak melihat semua terluka
tak ada yang bisa kuperbuat
kupanjatkan doa moga Tuhan beri kekuatan ketabahan dan kemudahan

Diantara reruntuhan puing kehancuran
diantara sejuta kepedihan
diantara isak tangis
diantara hidu dan mati
teguhkan hati dendangkan kalimat Ilahi
jangan henti berdoa
jangan bunuh asa di hati

acehku menangis
Indonesiaku berduka
Marilah kita pikul bersama
ringankan beban saudara kita

sisingkan lengan langkahkan kaki
Tanah rencong harus bangkit lagi
tak perlu berkecil hati
jangan menangis lagi
hilangkan duka lara hati
tersenyumlah aceh dan sumutku

Bencana inilah buktinya
Bahwa tuhan menyayangi kita
bencana ini adalah peringatan dari Nya
Bahwa kita harus selalu ingat padaNya

langit Bumi beserta isinya
adalah milik Tuhan Yang Maha Kuasa
dan semua akan kembali padaNya jua
Putaran roda kehidupan di kendalikan oleh Nya

Nyalakan lentera di hati
Dendangkan nyanyian penyejuk hati
sambut uluran tangan kami
yakinlah pasti kan berlalu badai ini

Tuhan Maha adil dan bijaksana
Menyayangi semua umatNya
memberi ujian dan cobaan tak pandang usia
tua muda miskin atau kaya

Maha Besar Tuhan Semesta Alam
Semua akan kembali pada Nya
Manusia yang sangat terbatas
tiada daya dan kuasa
semua titipan Nya
akan diambil kapan saja

Ya Tuhanku Yang Maha Agung
aku yakin Engkau sayang umatMu
Yang setia dan taat pada perintahMu
Semua adalah orang-orang pilihan Mu
mereka yang tabah
menang dalam ujian Mu
semua kembali padaMu
kini aku smakin yakin
akan kebesaranMu,keagunganMu,kekuasaanMu

Smoga semua umat manusia
smakin sadar dan berhenti berbuat dosa
insaf dan bertaubat segera
sebelum ajal tiba
sebelum maut datang menjemput

Serambi Mekkah kan kembali cerah
bumi rencongku kan kembali indah
kembali jaya mengejar asa
menggapai mimpi

tersenyumlah acehku
kan kurangkul dirimu
dunia juga tahu bahwa kau butuh uluran tangan
untuk memulihkan kondisimu
Ya Alloh berikan kekuatan



Puisi ini berjmlah 26 bait sesuai tgl kejadian
Jakarta ,10 Januari 2004
By : Ime at 11.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar