SUNYI
detak jantung itu
memburu sunyi
desah nafas itu
masih terasa
karena aku menjadi udara
di tiap tarikan dan hembusan nafasmu
saat sunyi terpecah
sesaat sebelum senja memerah
dan setelahnya jingga meronakan
sunyi dalam dekapan
membuncah segala rasa
tiada berbatas
senandung kidung sunyi
Jakarta, 28 Maret 2012
MALAM
bayu malam
menggelombangkan tirta lautan
senyum rembulan sabit
menawan hati
berhias kerlip gemintang
disana diantara gugusan gemintang
ku tengadah ke atas
mengeja binar matamu
dan wajah teduhmu
diantara sinaran redup
aku dan waktu
hanya ada satu
dirimu
lihatlah senyummu mengembang
seindah bulan sabit
Jakarta, 28 Maret 2012
LAUT TEDUH
lautan teduh dan tenang itu adalah dirimu
sahaja yang tak lelah menemani kala sunyi
permadani biru terbentang indah
meluncur perlahan perahu kecil itu adalah diriku
terhempas bayu membawaku pada tarian ombak
sesekali menepi membelai bibir pantai jiwamu
ranum jingga menghisai kemilau biru
di ujung senja yang perlahan temaram
Jakarta,28 Maret 2012
KETIKA
ketika langit mencurahkan hujan
aku menanti lekungan pelangi setelahnya
ketika siang telah mengelupas dan pergi
aku menanti rona jinggamu membias di ujung senja
Jakarta, 15 Maret 2012
PELANGI ITU
lengkungan
pelangi itu membias di ujung siang yang beranjak senja, merona di kaki
langit setelah hujan berhenti merinai, indahnya hanya mampu dinikmati
dari kejauhan,
meski ku kejar sedekat mungkin tangan ini takkan
mampu menggapainya,hanya kedua mata coklatku yang mampu menangkapnya
dalam bayangan retinaku,
cukup untukku karena aku hanya boleh
menikmati keindahan pelangi bukan untuk merengkuhnya,bukan untuk
menggenggamnya,namun hanya sebatas merasakan keindahannya di mataku,
lalu
setelahnya senja perlahan memudar,surya telah sembunyi dibalik bukit
menjemput dewi malam untuk menyelimuti buana,pelangi indahku telah
lenyap hilang tak berbekas,hanya di mataku bekas keindahan akan
terabadikan dalam hati,
aku harus menunggu setelah hujan untuk
bertemu dengan lekungan pelangi indah,kembali menikmati dengan binar
mataku,yang entah kapan,ku kan menunggunya sampai hari di mana sunyi
pecah kembali oleh lekungan pelangi
ada dan tiada,bisa atau
tiada ku sentuh dengan jemari untuk kuraih pelangi itu tetap merona
dalam jiwaku,mewarnai seluruh hidupku dan memberiku kekuatan di sisa
usiaku,membias di seluruh raga dan jiwaku
Jakarta,7 Maret 2012
SENANDUNG KIDUNG SUNYI
aku pernah mengadu pada rinai hujan yang waktu itu bersamaan dengan hujan dimataku
mencurahkan segala kepenatan jiwaku tentang keletihanku di pertigaan malam yang begitu sunyi
yaa aku karib dengan sunyi untuk menumpahkan semua risau dan pekatnya rasa yang bergemuruh dalam hatiku
entahlah
ketika aku sendiri dalam sunyi semua terasa indah hening dan aku bisa
berbincang denganNya tentang keluh kesahku melalui doa
senandung kidung sunyi adalah ungkapan jiwaku yang sebenarnya tentang rasa yang yang tak berbatas
rasa yang membuatku masih tegar sampai hari ini menapaki sisa usia
senandung kidung sunyiku adalah keindahan rasaku atasMu dan atasmu kan kujaga hingga akhir hayatku
senandung kidung sunyi itu adalah aku dengan segenap jiwaku yang kian meretas tanpa batas
aku dan waktu hanya ada satu dirimu dalam rasaku
JEDA
Oleh Emi Suyanti
dan
kabut mulai menipis embun mulai lenyap terserap hangatnya surya
pagi,mimpi-mimpi telah usai dan berterbangan ke atas awan menggantung
pada gumpalan awan putih dan akan turun bersama hujan yang entah kapan
saatnya
serpihan asa yang berserak diantara butiran debu ku kais satu
persatu untuk ku rangkai dengan bertetesan peluh berharap segala
sesuatunya menjadi lebih baik
dan untaian debu yang ku pintal menjadi
kepingan permata yang entah mampu atau tidak yang bisa atau
tidak,setidaknya usaha dan doa tak henti kuramu untuk melengkapinya
karena jeda waktu ini adalah penantian dimana aku juga kan pergi selamanya menghadapNya
GURAT-GURAT LUKA
Oleh : Emi Suyanti
gurat-gurat
itu menandakan kerutan atas kesakitan yang terabaikan namun ternikmati
karena biasa dalam kondisi itu sebelumnya bahkan seperti telah senyawa
dalam jiwa
lelah sudah pasti letih memang namun bertahan dalam
situasi hidup untuk perubahan yang lebih baik itu suatu keharusan agar
tidak bergerak mundur malah harus maju
tak ada jalan yang mulus tanpa
terjal,tanpa badai,tanpa duri atau rintang yang lain kalaupun ada itu
pengecualian karena ia memang sudah terlahir didalam segala kemudahan
untuk
pijakan kaki meneruskan nafas hidup pada suatu penantian yang kekal
yang nantinya hanya menikmati atau memetik semua atas apa yang ditanam
BIODATA
Emi Suyanti. Lahir di Magetan ,2 Pebruari 1979, Kini bermukim di Jakarta sebagai karyawan swasta.
Telah
menerbitkan beberapa buku: Buku kumpulan puisi Tirakat Padam Api (2011)
, Buku Antologi Sastra Nusantara (2011), Antologi Prosa Lirik
KARMA-PALA (2012).Buku Antologi Puisi Tinta Emas 1, Buku Antologi Puisi Tinta Emas 2.