27 Agustus 2011

SENANDUNG SUNYI

larik larik
aksara bermanik
cantik
menghangatkan hati yang terusik

indah
diantara gudah
merebah
dihamparan permadani jiwa yang kau gelarkan

luluh
runtuh
lusuh
kegelisahanku berguguran laksana dedaunan kering terhempas bayu


adalah makna rasa
tercipta karena karsa

adalah jiwa
yang merindui kesahajaan yang hakiki

damai dalam kesunyian tak mencekam

MERDEKAKANLAH

luka memerah

terjajah

marah

karena janji yang teringkari


tangis

meringis

tak mampu menangkis mereka yang bengis

ketika tanganmu mencekik kaum tak berdaya


penjarahan hak asasi

penjarahan hak kemerdekaan

merdeka dari kemiskinan

merdeka dari kebodohan


gaji gaji pemilik kursi

makin membumbung tinggi


sementara jelata berebut raskin

antri sembako berhimpitan


pun ada yang tak sekolah

mereka memilih mencari nafkah


para telanjang kaki

haus kemerdekaan yang hakiki


sepenggal kata

merdekakanlah


PUNGUTAN LIAR LEBARAN

kemarin

sebelum kantor kantor tutup

karena libur menjelang lebaran

para pemungut liar berkeliaran


ini nyata

ini fakta

pungli berseragam itu ikut ikutan minta THR

kepada para pengusaha


pertama tama

cek gudang cek barang barang

alasan khawatir ada barang tidak resmi

tidak ber Standar Nasional Indonesia


wah pokoknya ini itu

alhasil berujung amplop

mengusir pungli berseragam dengan amplop


waahhh dimana mentalnya pengayom masyarakat

untuk mengadupun harus keluarkan sejumlah bilangan

duuhh sedihnya ....


bagaimana pemberantas korupsi berhasil di negeri ini

padahal waktu itu

aku ingin memfoto mereka yang menerima amplop itu

tapi aku masih belum berani


MONOLOG SANG KORUPTOR

aku adalah pemakan segala

omnivora kelas berat di jagad raya


aku menikmati keringat jelata yg bercucuran

karena upeti rajin mereka bayarkan


tidak hanya yang berbau beton atau terasi busuk

selama perutku kenyang aku bisa mengantuk


tanda tanganku laku dipasaran

hidupku tak kan pernah kekurangan


mobil mewah rumah mewah gaji melimpah

tak perduli sebenarnya aku kutu busuk di tong sampah


jalan jalan ke luar negeri

begitu indah kunikmati


bicara soal tikus tikus dilumbung

mereka pasukanku terselubung


kami meniru gaya tupai

melompat kesana kemari dengan lihai


meski ilmu kelelawar pun tak ketinggalan

selama aman kami bisa terbang malam dengan nyaman


soal amanat kami lupakan dulu

kami terlanjur nyaman di kursi bulu


yaa kami memang bejat

tidak hanya penjilat tapi kami penghianat


cukup ini rahasia kami

jalau nanti terungkap toh kami tak sendiri


nanti kami akan berkicau

merdu dan memukau


sementara kami cukupkan sampai disini

monolog ini tidak basi meski tidak berinisial vokal atau konsonan


PENGHIANAT RAKYAT

garang

jalang

ilmu itu tak diajarkan ketika mereka sekolah tinggi


Lupa diri

Lupa hati

Setelah enak duduk lupa berdiri


kini

nanti

jelata hanya menelan ludah pil pahit


bahwa amanat rakya

telah di nodai penghianat


mana buktinya

dari rakyat untuk rakyat


kenyataannya

dari rakyat dilahap penjilat


INDAH

hening

menggiring

selaput sunyi makin menebal dan mengendap


remang

gamang

diujung malam yg gulita menghalang pandang


sayup

redup

meski cahya purnama tidak memancarkan cahya

cintamu adalah pijar bagai kejora


indah

megah

terlalu indah kisah yang tak lekang oleh masalah


kian hari

kian mendewasakan antara hati dan jiwa tentang cinta yg sesungguhnya

PoliTIKUS RAKUS



nafas nafas tersengal
melihat kepala terpenggal
oleh kebejatan elite poliTIKUS

Leher leher tercekik
tak ada daya memekik
hanya dijadikan umpan tikus RAKUS